Sifat Rotan
Rotan memiliki sifat dasar yang berbeda dari kayu atau akar. Sifat ini terdiri dari sifat anatomi, sifat kimia, sifat struktur, sifat fisik, sifat mekanis, serta keawetan atau keterawetan yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Sifat Anatomi – Struktur anatomi batang seperti besarnya ukuran pori dan dinding sel serabut berkaitan dengan tingkat keawetan dan kekuatan rotan. Sel serabut adalah komponen struktural yang memberi kekuatan pada rotan. Dinding sel yang tebal akan menghasilkan batang dengan kualitas lebih kuat dan lebih berat.
2. Sifat Kimia – Secara umum, komposisi kimia rotan terdiri dari Holoselulosa (71-76 %), Selulosa (39-56 %), Lignin (18-27 %) dan Silika (0,54-8 %). Masing-masing kandungan kimia tersebut memberikan sifat-sifat sebagai berikut:
Holoselulosa merupakan Selulosa atau molekul gula linear berantai panjang. Selulosa berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa. Makin tinggi selulosa makin tinggi juga keteguhan lenturnya.
Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi. Lignin berfungsi memberikan kekuatan pada batang. Makin tinggi lignin, makin tinggi juga kekuatan rotan.
Tanin merupakan “true artrigen”yang menyebabkan rasa sepat. Tanin berfungsi sebagai penangkal pemangsa. Hasil purifikasi tanin digunakan sebagai bahan anti rayap dan jamur.
Pati (karbohidrat) dalam batang sekitar 70%. Makin tinggi kadar pati, semakin rentan terhadap serangan bubuk rotan kering.
Sifat Fisik – Secara kasat mata, kita dapat melihat ciri fisik atau bentuk rotan, yaitu:
Warna
Warna batang rotan bervariasi pada setiap jenisnya. Bahkan setiap individu dari jenis yang sama juga memiliki warna yang berbeda. Rotan dengan kualitas baik umumnya berwarna hijau darun ketika masih hidup. Batang berwarna hijua daun tersebut akan berubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas dan akan semakin putih setelah melalui proses bleaching atau pemutihan.
Setelah rotan melalui proses pencucian atau dirunti atau diasapi dengan belerang, maka akan berwarna kuning langsat atau kuning keputihan, kecuali pada jenis semambu (cokelat kuning) dan buyung (kecokelatan).
Selain warna kulit, kita juga dapat memperhatikan warna hatinya, seperti pada rotan umbulu (putih bersih) dan tohiti (keabu-abuan).
Kilap atau Kilau – Kilap atau suramnya rotan dapat menjadi ciri khusus dan menambah keindahan rotan. Kilap yang dihasilkan dari struktur anatomi, kandungan zat ekstraktif, sudut datangnya sinat, kandungan air, lemak dan minyak. Semakin tinggi kadar air, minyak dan lemak maka akan semakin suram.
Bau dan Rasa – Kesegaran rotan dapat diketahu melalui bau dan rasa yang tidak mencolok.
Berat – Hal ini berkaitan dengan kadar air dan zat ekstaktif dalam rotan. Untuk mengurangi kadar air pada batang, perlu dilakukan proses pengeringan yang dapat menghilangkan kadar air dari 40% hingga 60% menjadi titik jenuh serat atau sekitar 15% hingga 30%.
Kekerasan atau Elastisitas – Batang rotan mempunyai kemampuan menahan tekanan atau gaya tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, umur panen, posisi batang (pangkal, tengah dan ujung).
Diameter – Ukuran batang atau diameter rotan dibagi menjadi dua, yaitu:
Diamater kecil, ialah rotan dengan diameter kurang dari 18 mm, seperti Sega, Irit atau Jahab, Jermasin, Pulut Putih, Pulut Merah, Lilin, Lacak, Manau Padi, Datuk Merah, Sega Air, Ronti, Sabut, Batu, Tapah, Paku dan Pandan Wangi.
Diameter besar, ialah rotan yang berdiameter 18 mm atau lebih, seperti Manau, Batang, Mantang, Cucor, Semambu, Wilatung, Dahan, Tohiti, Seel, Balukbuk, Bidai, Buwai, Bambu, Kalapa, Tiga Juru, Minong, Umbulu, Telang dan Lambang.
Kesilindrisan – Untuk membandingkannya, kita dapat menyandingkan diameter rata-rata pangkal ruas dengan diamater rata-rata ujung ruas.
Ruas – Ruas adalah bagian rotan yang terletak diantara dua buku. Panjang ruas dibagi menajdi tiga macan, yakni ruas pendek, ruas sedang, dan ruas panjang.
Buku – Buku batang rotan dibagi menjadi tiga macam, yakni buku menonjol, buku agak menonjol, dan buku tidak menonjol. Selain itu, arah buku juga dibagi menjadi dua, yaitu buku menceng dan agak menceng.
Selaput Silika – Hampir seluruh jenis tumbuhan ini memiliki lapisan silika yang membalut kulit luarnya, seperti Rotan Sega, Jermasin, Irit atau Jahab, Buyung yang memberikan efek kilap.
Parut Buaya – Parut buaya merupakan bekas parut yang seolaholah menggores kulit kearah transversal. Selain parut buaya, juga terdapat sifat fisik berupa getah, seperti yang dimiliki Rotan Getah atau Sepat, Lacak, Jernang, dan Jermasin.
3. Sifat Struktur – Pengetahuan mengenai sifat struktur rotan belum diketahui lebih jauh. Sebagi petunjuk identifikasi, umumnya menggunakan pori yang dibedakan menjadi ukuran, bentuk, dan susunan.
4. Sifat Mekanis – Sifat mekanis adalah kemampuan menahan gaya dari luar, seperti:
Keteguhan Tekan, Patah, Kekakuan dan Keuletan
Keteguhan Tekan adalah ketahanan terhadap kekuatan yang cenderung menghancurkan.
Keteguhan Patah adalah ketahanan terhadap kekuatan yang akan mematahkan.
Kekakuan adalah kemampuan untuk mempertahankan bentuk ketika dilengkungkan.
Keuletan adalah kemampuan rotan untuk menahan kekuatan yang terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat.
Keteguhan Tarik adalah kemampuan rotan untuk menahan gaya yang cenderung memisahkan bagian-bagian dari rotan.
Keteguhan Geser adalah ketahanan terhadap gaya yang menggeser rotan.
Keteguhan Belah adalah ketahanan terhadap gaya yang membelah rotan.
Keawetan dan Keterawetan
Keawetan adalah daya tahan rotan terhadap berbagai faktor perusak, tetapi biasanya merujuk pada daya tahan terhadap faktor biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan, yaitu jamur dan serangga rayap.
Keterawetan adalah mudah atau tidaknya rotan ditembus bahan pengawet dengan proses tertentu, sehingga rotan yang telah diawetkan dengan bahan kimia (pengawet) tahan terhadap serangan organisme perusak.
0 Komentar